Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem
![]() |
. |
Lukas 2:8-15, 20 Gembala-gembala
8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang
tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
9
Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan
kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.
10
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab
sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
11
Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota
Daud.
12
Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus
dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
13
Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar
bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:
14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat
yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan
kepada-Nya."
15
Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga,
gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita
pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang
diberitahukan Tuhan kepada kita."
20 Maka kembalilah gembala-gembala itu
sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan
mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.
Demikianlah sabda Tuhan. Amin.
*
Adiyuswa, semangat!
Adiyuswa, berguna!
Adiyuswa, bahagia!
Ooo... yes! Yes! Yes!
Secara sederhana, parafrase adegannya adalah:
1. Pada
suatu malam, para gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka.
2. Seorang
malaikat Tuhan datang bersinar.
3. Para
gembala kaget, mereka sangat ketakutan.
4. Malaikat
itu kepada mereka,"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan
kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
a. Hari
ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
b. Dan
inilah tandanya bagimu:
Kamu
akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam
palungan."
5. Paduan
suara malaikat bernyanyi, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang
mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan
kepada-Nya." Dan meninggalkan mereka.
6. Para
gembala itu berkata seorang kepada yang lain, "Marilah
kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang
diberitahukan Tuhan kepada kita."
(Mari kita mainkan drama, Mbah Kakung dan Mbah Putri!)
*
Jadi, sekarang tampak bahwa kalimat, "Marilah
kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang
diberitahukan Tuhan kepada kita”, adalah respon para gembala atas berita yang
disampaikan malaekat, bahwa di Betlehem telah lahir Juruselamat,
1. Siapakah
para gembala dan mengapa Betlehem?
Para gembala adalah orang-orang yang
hidupnya berpindah-pindah mencari tempat yang nyaman bagi kambing dombanya, mengikuti
ternaknya mencari padang rumput dan air. Hidup mereka sederhana, masuk dalam
kategori miskin dan sering tidak diperhitungkan. Bisa dibayangkan kesulitan hidup
yang menimpa. Keputusasaan, pesimisme, sinisme sering menghampiri. Namun, mereka
adalah orang-orang pertama yang dipilih Allah untuk mendapatkan warta gembira
keselamatan. Ia tidak mengabaikan dan justru memilih orang yang sederhana untuk
menerima warta.
Betlehem bukanlah ibu kota negara. Bukan pusat peradaban. Bukan pusat perekonomian. Ia hanya kota kecil. Namun, Betlehem si kota kecil ini menjadi tempat kelahiran Yesus. Dari tempat pinggiran dan kecil, akhirnya dunia mengenalnya.
2. Lalu,
kita mau apa?
Mungkin ada yang berkata, “Itu kan cerita
para gembala dan di tempat yang jauh di sana, apa sangkut pautnya dengan kita?” Peristiwa Natal kelahiran Yesus
yang disaksikan para gembala ini, bolehlah jika diringkaskan dalam tiga kata
kunci: berjumpa, berubah dan berbuah.
a. Yang
pertama, berjumpa.
Bagaimana perasaan kita ketika bertemu
dengan pengalaman baru? Mungkin biasa saja. Atau malah penasaran. Atau terkejut
tak habis-habisnya. Allah menjumpai manusia, malaikat menemui para gembala orang pinggiran,
para gembala ini pergi ke Betlehem si kota kecil. Ini semua adalah tentang perjumpaan. Dan seringkali
perjumpaan membawa ‘surprised’, yang mengejutkan. Seperti para gembala yang
terkejut dijumpai para malaikat.
Biasanya, yang diperhatikan orang adalah tempat megah dan mewah. Tempat yang biasa dan orang sederhana dibiarkan merana. Biasanya, yang diperhatikan adalah mereka yang punya harta atau
yang sudah ternama. Jika belum punya nama, ya tidak diperhatikan! Ingin
diperhatikan? Ya bagaimanalah caranya membuat masalah agar mencuri perhatian. Nama
baik dan harga tidak penting, yang penting viral, adsense dan endors, guys! Mosok,
begitu!
Kisah Natal adalah kisah perjumpaan yang
membawa kejutan. Allah memberi kado istimewa, yaitu dengan memberi perhatian
istimewa bagi orang-orang dan tempat yang sederhana. Per-hati-an kata dasarnya hati
mendapat awalan dan akhiran: per-an. Kita yang memiliki berbagai
keterbatasan, tidak perlu caper-caper amat, karena Allah sudah memberi hati dan
per-an di tengah kehidupan kita yang penuh warna, melalui perjumpaan
dengan Yesus,
Belarasa Allah, semakin tampak dalam karya Yesus yang penuh kepedulian bagi orang yang tidak dianggap, terpinggirkan dan dikucilkan. Ia tidak lahir di istana, Ia menjumpai Zakeus pemungut cukai, menyembuhkan orang yang sakit kusta, membela perempuan yang tertangkap berzinah. Intinya, kehadiran Allah dalam Yesus adalah menjumpai orang yang sederhana. (Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Mrk 2:17).
b. Yang
kedua, berubah.
Salah satu perubahan yang tidak bisa
dilawan adalah bertambahnya waktu. Seiring bertambahnya waktu, bertambah pula
usia. Seiring bertambahnya usia semakin banyak pula pengalamannya. Semakin
banyak asam garam.
Setiap kita-suka tidak suka-pasti mengalami perubahan, atau diubah oleh keadaan. Perubahan, bahasa Jawanya owah. Tetapi tidak ada orang (Jawa) yang suka dikatakan, “Beliaunya sudah owah!” (artinya, “Dia sudah gila.”). Karena yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang lebih baik.
(Semakin bertambah usia diharapkan
berubah, semakin sabar dan subur. Sabar emosinya, subur kebijaksanaanya.) Semakin bertambah usia diharapkan berubah, semakin
bersyukur dan berserah. Bersyukur atas setiap berkat Tuhan (untung atau rugi) dan
berserah dalam setiap keadaan (sehat ataupun sakit). Berserah dan bersyukur kepada
Allah itulah yang membuat kita berbahagia. Kisah para gembala yang bersukacita
menegaskannya. Maka kembalilah gembala-gembala
itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar
dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka,
Lukas 2:20.
Setelah para gembala bergegas dan
berjumpa Yesus, mereka pun berubah. Mereka bersukacita memuji dan memuliakan
Allah. Para gembala berubah bersukacita, karena bersedia mengalami
perjumpaan dengan bayi Yesus, "Marilah kita pergi ke Betlehem...” Ada hati yang gembira, karena berserah dan bersyukur dalam perjumpaan dengan bayi Yesus. Kesedian
berserah, bersyukur dalam perjumpaan dengan Yesus mengubah dan
membawa bersukacita.
Perubahan ternyata dapat dialami oleh para gembala si orang pinggiran, dan dari Betlehem, si kota kecil.
Dulu, ada serial berjudul ‘Sengsara Membawa Nikmat’ (berdasar Novel karya Tulis Sutan Sati). Midun orang kecil berulang kali difitnah dan masuk penjara oleh orang-orang besar, akhirnya sukses dan bahagia. Sekarang, dalam peristiwa kelahiran Yesus, perjumpaan orang pinggiran di kota kecil ternyata membawa perubahan.
c. Yang
ketiga, berbuah.
Perubahan yang tidak menghasilkan buah
tidak akan dirasakan dampaknya. Para gembala
yang "memuji dan memuliakan Allah" adalah buah
dari perubahan. Namun tidak hanya dapat diwujudkan dengan bernyanyi. Melainkan juga dengan tindakan nyata,
menghadirkan kasih dan kemurahan Allah di tengah keluarga, Gereja, masyarakat
dan bangsa. Saling menghormati dan menghargai, membangun persahabatan dan rasa
percaya, menjadi penting ketika di tengah kita, masih mudah dijumpai tawuran,
tindak kejahatan, intoleransi, karena mudahnya kita dihasut dan diadu domba.
Pepatah mengatakan, dari buahnya akan dikenal pokok pohonnya. Dari tindakan kasih kita, akan dikenal Allah sebagai sumbernya. Sebab Allah adalah kasih.
3. Penutup
Singkatnya, berjumpa, berubah dan
berbuah.
Allah yang karena kasih-Nya kepada dunia ini,
berkenan merendahkan diri-Nya menjadi manusia dalam diri Yesus Putra
Tunggal-Nya dan tinggal bersama kita, sehingga kita dijumpaiNya. Kesediaan
kita untuk menyambut kelahiran Sang Pembawa Damai dengan bersyukur dan berserah,
semoga menghasilkan buah, sebetapapun kecil dan lemahnya kita. Buah yang menghadirkan belarasa dan kasih Allah, untuk membangun kehidupan bersama yang bahagia damai
sejahtera. Semoga.
Marilah kita pergi ke Betlehem, sambutlah Dia yang lahir dengan bersyukur dan berserah! Amin!
Adiyuswa, semangat!
Adiyuswa, berguna!
Adiyuswa, bahagia!
Ooo... yes! Yes! Yes!
Komentar
Posting Komentar