Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem

.
Perayaan Natal Paguyuban Adiyuswa Catur Manunggal (PACM) kali ini, berdasar tema PGI-KWI, “Marilah sekarang kita pergi ke Betlehem....” Bertempat di GKJ Wisma Panunggal Mrican.

Lukas 2:8-15, 20 Gembala-gembala
8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
9  Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan.
10  Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
11  Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
12  Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
13  Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:
14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
15  Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."
20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka.
Demikianlah sabda Tuhan. Amin.

                                                     *
Adiyuswa, semangat!
Adiyuswa, berguna!
Adiyuswa, bahagia!
Ooo... yes! Yes! Yes!

Secara sederhana, parafrase adegannya adalah:
1. Pada suatu malam, para gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka.
2. Seorang malaikat Tuhan datang bersinar.
3. Para gembala kaget, mereka sangat ketakutan.
4. Malaikat itu kepada mereka,"Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa:
    a.   Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
    b.   Dan inilah tandanya bagimu:
        Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
5. Paduan suara malaikat bernyanyi, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." Dan meninggalkan mereka.
6. Para gembala itu berkata seorang kepada yang lain, "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita."
(Mari kita mainkan drama, Mbah Kakung dan Mbah Putri!)
                                                     * 

Jadi, sekarang tampak bahwa kalimat, "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita”, adalah respon para gembala atas berita yang disampaikan malaekat, bahwa di Betlehem telah lahir Juruselamat,

1. Siapakah para gembala dan mengapa Betlehem?
Para gembala adalah orang-orang yang hidupnya berpindah-pindah mencari tempat yang nyaman bagi kambing dombanya, mengikuti ternaknya mencari padang rumput dan air. Hidup mereka sederhana, masuk dalam kategori miskin dan sering tidak diperhitungkan. Bisa dibayangkan kesulitan hidup yang menimpa. Keputusasaan, pesimisme, sinisme sering menghampiri. Namun, mereka adalah orang-orang pertama yang dipilih Allah untuk mendapatkan warta gembira keselamatan. Ia tidak mengabaikan dan justru memilih orang yang sederhana untuk menerima warta.
 

Betlehem bukanlah ibu kota negara. Bukan pusat peradaban. Bukan pusat perekonomian. Ia hanya kota kecil. Namun, Betlehem si kota kecil  ini menjadi tempat kelahiran Yesus. Dari tempat pinggiran dan kecil, akhirnya dunia mengenalnya. 

2. L
alu, kita mau apa?
Mungkin ada yang berkata, “Itu kan cerita para gembala dan di tempat yang jauh di sana, apa sangkut pautnya dengan kita?” Peristiwa Natal kelahiran Yesus yang disaksikan para gembala ini, bolehlah jika diringkaskan dalam tiga kata kunci: berjumpa, berubah dan berbuah.  

     a. Yang pertama, berjumpa.
Bagaimana perasaan kita ketika bertemu dengan pengalaman baru? Mungkin biasa saja. Atau malah penasaran. Atau terkejut tak habis-habisnya. Allah menjumpai manusia, malaikat menemui para gembala orang pinggiran, para gembala ini pergi ke Betlehem si kota kecil. Ini semua adalah tentang perjumpaan. Dan seringkali perjumpaan membawa ‘surprised’, yang mengejutkan. Seperti para gembala yang terkejut dijumpai para malaikat.

Biasanya, yang diperhatikan orang adalah tempat megah dan mewah. Tempat yang biasa dan orang sederhana dibiarkan  merana. Biasanya, yang diperhatikan adalah mereka yang punya harta atau yang sudah ternama. Jika belum punya nama, ya tidak diperhatikan! Ingin diperhatikan? Ya bagaimanalah caranya membuat masalah agar mencuri perhatian. Nama baik dan harga tidak penting, yang penting viral, adsense dan endors, guys! Mosok, begitu!
 

Kisah Natal adalah kisah perjumpaan yang membawa kejutan. Allah memberi kado istimewa, yaitu dengan memberi perhatian istimewa bagi orang-orang dan tempat yang sederhana. Per-hati-an kata dasarnya hati mendapat awalan dan akhiran: per-an. Kita yang memiliki berbagai keterbatasan, tidak perlu caper-caper amat, karena Allah sudah memberi hati dan per-an di tengah kehidupan kita yang penuh warna, melalui perjumpaan dengan Yesus,

Belarasa Allah, semakin tampak dalam karya Yesus yang penuh kepedulian bagi orang yang tidak dianggap, terpinggirkan dan dikucilkan. Ia tidak lahir di istana, Ia menjumpai Zakeus pemungut cukai, menyembuhkan orang yang sakit kusta, membela perempuan yang tertangkap berzinah. Intinya, kehadiran Allah dalam Yesus adalah menjumpai orang yang sederhana. (Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Mrk 2:17). 

    b. Yang kedua, berubah.
Salah satu perubahan yang tidak bisa dilawan adalah bertambahnya waktu. Seiring bertambahnya waktu, bertambah pula usia. Seiring bertambahnya usia semakin banyak pula pengalamannya. Semakin banyak asam garam.

Setiap kita-suka tidak suka-pasti mengalami perubahan, atau diubah oleh keadaan. Perubahan, bahasa Jawanya owah. Tetapi tidak ada orang (Jawa) yang suka dikatakan, “Beliaunya sudah owah!” (artinya, “Dia sudah gila.”). Karena yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang lebih baik.

(Semakin bertambah usia diharapkan berubah, semakin sabar dan subur. Sabar emosinya, subur kebijaksanaanya.) Semakin bertambah usia diharapkan berubah, semakin bersyukur dan berserah. Bersyukur atas setiap berkat Tuhan (untung atau rugi) dan berserah dalam setiap keadaan (sehat ataupun sakit). Berserah dan bersyukur kepada Allah itulah yang membuat kita berbahagia. Kisah para gembala yang bersukacita menegaskannya. Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka, Lukas 2:20.

Setelah para gembala bergegas dan berjumpa Yesus, mereka pun berubah. Mereka bersukacita memuji dan memuliakan Allah. Para gembala berubah bersukacita, karena bersedia mengalami perjumpaan dengan bayi Yesus, "Marilah kita pergi ke Betlehem...” 
Ada hati yang gembira, karena berserah dan bersyukur dalam perjumpaan dengan bayi Yesus. Kesedian berserah, bersyukur dalam perjumpaan dengan Yesus  mengubah dan membawa bersukacita.

Perubahan ternyata dapat dialami oleh para gembala si orang pinggiran, dan dari Betlehem, si kota kecil.

Dulu, ada serial berjudul ‘Sengsara Membawa Nikmat’ (berdasar Novel karya Tulis Sutan Sati). Midun orang kecil berulang kali difitnah dan masuk penjara oleh orang-orang besar, akhirnya sukses dan bahagia. Sekarang, dalam peristiwa kelahiran Yesus, perjumpaan orang pinggiran di kota kecil ternyata membawa perubahan. 

    c. Yang ketiga, berbuah.
Perubahan yang tidak menghasilkan buah tidak akan dirasakan dampaknya.  Para gembala yang "memuji dan memuliakan Allah" adalah buah dari perubahan. Namun tidak hanya dapat diwujudkan dengan bernyanyi.  Melainkan juga dengan tindakan nyata, menghadirkan kasih dan kemurahan Allah di tengah keluarga, Gereja, masyarakat dan bangsa. Saling menghormati dan menghargai, membangun persahabatan dan rasa percaya, menjadi penting ketika di tengah kita, masih mudah dijumpai tawuran, tindak kejahatan, intoleransi, karena mudahnya kita dihasut dan diadu domba.

Pepatah mengatakan, dari buahnya akan dikenal pokok pohonnya. Dari tindakan kasih kita, akan dikenal Allah sebagai sumbernya. Sebab Allah adalah kasih.

3. Penutup
Singkatnya, berjumpa, berubah dan berbuah.
Allah yang karena kasih-Nya kepada dunia ini, berkenan merendahkan diri-Nya menjadi manusia dalam diri Yesus Putra Tunggal-Nya dan tinggal bersama kita, sehingga kita dijumpaiNya. Kesediaan kita untuk menyambut kelahiran Sang Pembawa Damai dengan bersyukur dan berserah, semoga menghasilkan buah, sebetapapun kecil dan lemahnya kita. Buah yang menghadirkan belarasa dan kasih Allah,  untuk membangun kehidupan bersama yang bahagia damai sejahtera. Semoga.

Marilah kita pergi ke Betlehem, sambutlah Dia yang lahir dengan bersyukur dan berserah! Amin!

Adiyuswa, semangat!
Adiyuswa, berguna!
Adiyuswa, bahagia!
Ooo... yes! Yes! Yes!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sumber Sukacita Kita

Menghunjam Dalam

Bukan Menyembah yang Lain