Tukar Takdir
Jakarta Airways jatuh di hutan Kalimantan, dalam perjalanan dari Palu ke Jakarta. Dari 127 penumpang, hanya 1 orang yang selamat. Ia adalah Rawa, penumpang 38 C yang duduk di 38D. Programer perpajakan berusia 35 tahun.
Setelah pulih, ia mengingat ada ledakan ketika disuguhkan orange jus oleh pramugari. Ia juga ingat penumpang 38 D yang berkata, "Sudah Mas santai aja. Sama saja, kok." Namanya Pak Raldi, yang tidak jadi bertukar tempat duduk.
Dita, istri almarhum Raldi, marah dan menyalahkan Rawa dan pihak maskapai yg dianggap teledor karena tidak menganggap sebagai kesalahan akan adanya pertukaran tempat duduk yang tidak sesuai nomor tiket. Tertukarnya tiket menyebabkan takdir yang tertukar. Mestinya yang mati adalah Rawa, bukan Raldi suaminya.
Berdasar kesaksian Rawa, Dita menggugat CEO Jakarta Airways, bahwa sebenarnya ada beberapa korban yang masih hidup ketika pesawat jatuh. Namun karena terlambat penanganan sehingga mereka mati, termasuk suaminya.
Dita berhasil memenangkan gugatan 75 M, berbekal rekaman Adam CEO Jakarta Airways yang sedang clubing dan dianggap sebagai penyebab terlambatnya mengirim bantuan penyelamatan.
Di ujung film, Rawa bercakap dengan Dita yang menyadari bahwa, belum tentu jika suaminya duduk di tempat yg benar seperti tertulis di tiket, akan selamat juga. Ia mulai menerima kenyataan bahwa kematian suaminya sebagai takdir, yang tidak tertukar.
Komentar
Posting Komentar